Rabu, 02 Maret 2011

Pangeran Antasari


Pangeran Antasari
Gelar: Panembahan Amirudin Khaliful Mukmin
Gelar kepahlawanan: Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Lahir:  Banjarmasin, 1809
Wafat : Bayan Begak, Kalimantan Selatan, 11 Oktober 1862

Pangeran yang dibesarkan di tengah-tengah rakyat ini bertempur mengusir Belanda dari kerajaan Banjar. Pertempuran itu kemudian dikenal dengan Perang Banjar.
Kondisi suatu pemerintahan yang tidak stabil akan dengan mudah mengundang pengaruh pihak-pihak luar untuk melakukan campur tangan atau intervensi. Ada kalanya ketidakstabilan keadaan suatu pemerintahan justru sengaja diciptakan oleh pihak asing dengan tujuan untuk menguasai. Sebagaimana yang dilakukan penjajah kolonial Belanda ketika menduduki wilayah Kalimantan, tepatnya di Kerajaan Banjar. Strategi yang mereka jalankan kemudian dikenal dengan nama politik divide et impera yang berarti membagi, memecah belah dan menguasai atau yang dikenal dengan istilah “politik adu domba”.
Pada tahun 1859, Sultan Tamjid diangkat menjadi sultan kerajaan Banjar, padahal yang berhak naik tahta adalah Pangeran Hidayat. Sultan Tamjid tidak disukai oleh rakyat sebab terlalu memihak kepada Belanda. Belanda sengaja memberikan dukungannya pada Sultan Tamjid. Hal ini menunjukkan intervensi Belanda sudah sangat meresahkan, bahkan, dalam pengangkatan seorang sultan pun merekalah yang menentukan.
Sebagai salah seorang keturunan raja Banjarmasin yang dibesarkan di luar istana, Pangeran Antasari merasa prihatin dengan situasi tersebut. Walaupun ia keluarga Sultan Banjar, tetapi tidak pernah hidup dalam lingkungan istana. Karena dibesarkan di tengah-tengah rakyat biasa, Antasari menjadi dekat dengan rakyat, mengenal perasaan dan mengetahui penderitaan mereka. Pada waktu itu, kekuasaan kolonial Belanda sedang giat berusaha melemahkan kerajaan Banjar.
Untuk melemahkan kerajaan tersebut, Belanda mengadu domba golongan-golongan yang ada dalam istana, sehingga mereka terpecah-pecah dan bermusuhan. Maka ia pun berinisiatif untuk mengusir penjajah dari Kerajaan Banjar tanpa kompromi. Pangeran Antasari berusaha membela hak Pangeran Hidayat, lalu bersekutu dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas, dan lain-lain.
Mereka semuanya bertekad untuk mengangkat senjata mengusir Belanda dari kerajaan Banjar. Sikap anti-Belanda pun muncul akibat pergantian kekuasaan di istana yang menimbulkan keresahan di antara rakyat. Oleh karena itu, Pangeran kelahiran Banjarmasin tahun 1809 ini membuat persiapan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Niatnya untuk melakukan penyerangan terhadap penjajah kolonial Belanda mendapat dukungan penuh dari segenap masyarakat daerah tersebut.
Perang Banjar yang merupakan pertempuran pertama melawan Belanda meletus mulai 18 April 1859 ketika pasukan Pangeran Antasari menyerang tambang batu bara di Pengaron. Berbekal dukungan dari sejumlah pihak, jumlah pasukan Pangeran Antasari yang semula berjumlah 6.000 prajurit makin lama makin bertambah besar. Tentu saja, dukungan rakyat yang sedemikian besar itu sangat menyulitkan kubu Belanda.
Pangeran Antasari berhasil mengerahkan tenaga rakyat dan mengobarkan semangat mereka sehingga Belanda menghadapi kesulitan. Karena hebatnya perlawanan, Belanda membujuk Antasari dengan janji yang muluk-muluk asal bersedia menghentikan perang. Semua bujukan itu ditolaknya.
Dalam keadaan sangat terjepit, Pangeran Hidayat akhirnya menyerah kepada Belanda. Kepala-kepala daerah lain pun banyak pula yang menyerah. Antasari tetap melanjutkan perjuangan. Baginya, pantang untuk berdamai dengan Belanda, apalagi menyerah. Memasuki usia yang kian senja, Pangeran Antasari terus melanjutkan perjuangannya dengan berperang di kawasan Kalimantan Selatan dan Tengah. Pada Oktober 1862, suatu serangan besar-besaran telah direncanakan.
Pasukan telah disiapkan, akan tetapi wabah penyakit cacar menyerang dan melemahkan pasukan ini tak terkecuali sang pemimpin. Pangeran Antasari terkena wabah tersebut hingga merenggut nyawanya. Ia meninggal dunia di Bayan Begak, Kalimantan Selatan, pada 11 Oktober 1862. Pangeran bergelar Panembahan Amirudin Khaliful Mukmin itu dimakamkan di Banjarmasin.
Atas jasa-jasanya kepada negara, Pangeran Antasari dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.06/TK/Tahun 1968, 27 Maret 1968. e-ti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar